Pulau Pramuka, Jakarta (Humas Kepulauan Seribu) -- Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Kepulauan Seribu melaksanakan Launching Gerakan Penanaman 1 Juta Pohon Matoa dalam rangka memperingati Hari Bumi ke-55 Tahun 2025. Kegiatan ini dilaksanakan secara serentak di seluruh satuan kerja Kemenag Kepulauan Seribu, pada Selasa, (22/04/2025).
Sementara itu, kegiatan penanaman pohon matoa secara terpusat dilakukan di MTsN 26 Kepulauan Seribu, Pulau Tidung, dengan melibatkan peserta didik, guru, penyuluh agama, serta tokoh masyarakat dan agama di wilayah tersebut.
Secara terpisah, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Kepulauan Seribu, Nasruddin, yang pada waktu bersamaan menghadiri kegiatan nasional bersama Menteri Agama RI di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok, menyampaikan bahwa gerakan ini merupakan tindak lanjut dari Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 244 Tahun 2025 tentang Program Prioritas Menteri Agama Tahun 2025–2029. Gerakan ini menegaskan komitmen Kemenag untuk berkontribusi dalam pelestarian lingkungan hidup.
"Gerakan penanaman 1 juta pohon matoa ini adalah simbol dari keseriusan Kementerian Agama dalam mendukung keberlanjutan alam. Bukan hanya bentuk kepedulian terhadap lingkungan, tapi juga bagian dari pendidikan karakter dan nilai keagamaan yang hidup dalam praktik nyata," ujarnya kepada Tim Humas Kemenag Kepulauan Seribu.
Ia juga menjelaskan bahwa Kemenag Kabupaten Kepulauan Seribu mendapat mandat untuk menanam sebanyak 2.501 pohon matoa yang tersebar di berbagai titik, antara lain pondok pesantren, madrasah, Kantor Urusan Agama (KUA), majelis taklim, serta lembaga-lembaga keagamaan lainnya.
“Kita tidak hanya menanam pohon secara fisik, tetapi juga menanam harapan, kesadaran, dan tanggung jawab. Ini adalah bagian dari dakwah bil hal—mengajak lewat perbuatan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Nasruddin menegaskan bahwa Hari Bumi adalah momentum penting yang harus dimaknai sebagai pengingat akan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi.
"Kita menyaksikan sendiri berbagai bencana alam, polusi udara, banjir, dan kerusakan ekosistem. Semua itu adalah alarm yang mengingatkan kita bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja. Oleh karena itu, merawat bumi bukan lagi pilihan, tapi kewajiban moral, spiritual, bahkan teologis bagi setiap insan," jelasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa penanaman pohon adalah langkah kecil namun berdampak besar jika dilakukan bersama-sama secara konsisten dan berkesinambungan.
“Pohon adalah simbol kehidupan. Ia memberikan oksigen, menahan erosi, menyerap karbon, dan menjadi tempat hidup bagi makhluk lainnya. Dengan menanam pohon, kita juga sedang menanam kebaikan untuk masa depan anak cucu kita,” ungkapnya.
“Saya mengajak seluruh ASN, tokoh agama, dan masyarakat di Kepulauan Seribu untuk menjadikan gerakan ini sebagai budaya dan kebiasaan baik. Karena bumi ini bukan warisan nenek moyang, melainkan titipan untuk generasi yang akan datang,” pungkasnya.