Jakarta (Humas MTsN 3 Jakarta) — Tidak ada yang mengira bahwa sebuah video sederhana yang dikirim lewat email bisa membuka jalan menuju pertemuan berharga dengan salah satu tokoh nasional. Tapi itulah yang dialami Nazneen Keisha Syazwana, siswi kelas IX dan Ketua OSIS MTsN 3 Jakarta. Dengan keberanian dan tekad yang kuat, Keisha berhasil membawa tim OSIS-nya diundang untuk melakukan audiensi langsung bersama Dr. Anies Rasyid Baswedan, pada Selasa (3/6/2025) di Kantor Operasional Anies Baswedan, Jakarta.
Pertemuan ini bukan hanya menjadi momen membanggakan bagi Keisha pribadi, tetapi juga mencerminkan pentingnya ruang dialog antara pemimpin muda dengan pemimpin bangsa.
Kisah ini bermula dari kekaguman Keisha terhadap sosok Anies Baswedan yang ia kenal melalui video tentang perjalanan hidup dan semangat kepemimpinannya. Video tersebut memberi Keisha semangat baru sebagai pemimpin muda di madrasah. Ia merasa terhubung secara emosional, terutama dalam hal bagaimana Anies muda memilih jalannya meskipun tak selalu mudah.
Terinspirasi oleh kisah itu, Keisha membuat video berisi pengalamannya sebagai pelajar yang memilih MTsN 3 Jakarta sebagai tempat untuk berkembang. Video tersebut ia kirim langsung melalui email pribadi kepada Anies, disertai permohonan tulus untuk bisa bertemu dan berdialog langsung.
Empat bulan berlalu. Hingga akhirnya, pada 26 Mei 2025, Keisha menerima balasan dari sekretariat Anies. Permohonannya dikabulkan. Sebuah janji pertemuan dijadwalkan, dan Keisha pun bersiap menjemput mimpinya.
Ketika hari yang dinanti tiba, Keisha dan tim OSIS/MPK disambut hangat di kantor Anies. Mereka diberikan label nama khusus agar suasana lebih akrab. Hal yang tak disangka, Anies sendiri juga mengenakan label bertuliskan “ANIES” di bajunya. Bagi Keisha, itu adalah bentuk penghormatan yang tulus, membuatnya merasa diterima dan dihargai.
Diskusi dimulai dengan santai, ditemani teh hangat dan kudapan ringan. Keisha membuka dialog dengan pertanyaan seputar pengalaman Anies dalam berorganisasi. Salah satu anggota tim, Irgie, mengajukan pertanyaan, “Sebagai orang yang berpengalaman memimpin, seperti apa gaya kepemimpinan Pak Anies?”
Anies menjawab dengan filosofi Latin: Primus Inter Pares yang berarti “yang pertama di antara yang setara.” Menurutnya, pemimpin sejati tidak perlu menonjolkan diri. Cukup hadir, mendengar, dan menjadi contoh.
“Kepemimpinan bukan tentang posisi, tapi tentang pengaruh dan ketulusan. Kalau kamu bisa jadi teladan, orang akan mengikutimu dengan sendirinya,” ucap Anies dengan tenang.
Diskusi berlangsung akrab dan penuh semangat. Para siswa antusias bertanya, dan Anies pun memberi ruang luas untuk mereka berbicara. Dalam forum kecil itu, Keisha dan kawan-kawan merasakan betapa pentingnya didengar.
Audiensi ditutup dengan foto bersama dan penyerahan buket bunga kerajinan tangan dari Keisha kepada Anies. Sebaliknya, Anies memberikan sebuah buku untuk orang tua Keisha yang turut mendampingi, dengan pesan menyentuh hati: “Ucapan terima kasih telah mendidik anak-anak yang memesona.”
Pesan yang ringkas, namun sarat makna. Ia seakan merangkum nilai dari pertemuan itu: bahwa pendidikan anak bukan hanya tugas sekolah, tetapi buah dari kasih sayang dan bimbingan keluarga.
Kisah Keisha adalah kisah keberanian untuk bermimpi dan bertindak. Ia membuktikan bahwa seorang pelajar madrasah pun bisa bicara, bisa bertemu, dan bisa berdialog dengan tokoh nasional, asal memiliki niat dan tekad kuat.
Bagi MTsN 3 Jakarta, Keisha adalah cermin keberhasilan pendidikan karakter. Dan bagi teman-temannya, ia adalah teladan bahwa mimpi bisa dijemput jika kita cukup berani untuk melangkah.
“Bertemu Pak Anies bukan sekadar cita-cita. Tapi ini pelajaran hidup tentang arti kepemimpinan, keberanian, dan pentingnya komunikasi,” ujar Keisha usai audiensi.
Hari itu, Keisha pulang tidak hanya membawa kenangan indah, tapi juga semangat baru untuk terus belajar dan menginspirasi lebih banyak orang.
