Berita
Berita

Dulu Murid, Kini Guru: Kisah Alumni yang Kembali Mengabdi di MIN 17 Kepulauan Seribu

blog

Dulu Murid, Kini Guru: Kisah Alumni yang Kembali Mengabdi di MIN 17 Kepulauan Seribu. Senin, (25/8/2025).

Jakarta (Humas MIN 17 Kepulauan Seribu) — Suasana lapangan MIN 17 Kepulauan Seribu pagi itu terasa khidmat. Sinar matahari menembus pepohonan, mengiringi langkah para siswa yang berbaris rapi mengikuti upacara bendera setiap Senin. Upacara kali ini menjadi istimewa karena pembina upacara, Jihadi, menyampaikan pesan yang menginspirasi dengan menceritakan kisah dua alumni madrasah yang kini kembali sebagai tenaga pendidik. Senin, (25/8/2025). 

 

Dalam amanatnya, Jihadi mengisahkan perjalanan Wardatul Fakhriyah dan Lili Kursila, dua alumni MIN 17 Kepulauan Seribu tahun 2007 yang kini berkiprah sebagai guru di madrasah yang dulu pernah membesarkan mereka. Pesan itu mengalir hangat, menegaskan bahwa mimpi besar bisa lahir dari sekolah kecil di tengah pulau.

 

Wardatul Fakhriyah, lulusan Sarjana Pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Hamka (UHAMKA), memulai pengabdiannya sebagai guru honorer di MIN 17 sejak 2019. Perjalanan panjang itu akhirnya berbuah manis ketika ia diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) pada 2023.

 

Sementara itu, Lili Kursila, yang menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, memulai kiprahnya di MIN 17 sebagai guru honorer pada 2020. Lima tahun kemudian, tepat di 2025, ia resmi diangkat menjadi P3K. Sebuah pencapaian yang menjadi kebanggaan, tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi keluarga besar madrasah.

 

Jihadi menegaskan bahwa kisah keduanya adalah bukti nyata bahwa kerja keras, kesabaran, dan doa akan membuahkan hasil. “Mereka dulu duduk di bangku yang sama dengan kalian. Kini mereka berdiri di depan kelas sebagai guru. Ini adalah teladan bahwa siapa pun bisa berhasil jika mau berusaha dan berdoa,” tutur Jihadi dalam amanatnya.

 

Para siswa terlihat menyimak dengan seksama. Beberapa di antara mereka tampak kagum mendengar bahwa guru-guru yang kini mendampingi mereka ternyata juga pernah mengalami masa-masa yang sama sebagai murid di madrasah tersebut. Pesan itu menjadi semacam cermin bahwa harapan bisa tumbuh dari lingkungan mereka sendiri.

 

Bagi Wardatul Fakhriyah, mengajar di madrasah tempat ia dulu belajar adalah kebahagiaan tersendiri. “Alhamdulillah, sejak 2023 saya menjadi P3K di MIN 17. Saya ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anak di sini, karena mereka adalah bagian dari masa depan pulau ini,” ujarnya setelah selesai upacara.

 

Hal serupa dirasakan Lili Kursila. Ia mengaku bangga bisa mengabdi di tanah kelahirannya. “Sejak kecil saya bermimpi jadi guru. Kini Allah memberi jalan untuk itu, dan lebih istimewa lagi karena saya bisa kembali ke MIN 17, tempat saya dulu belajar. Tahun 2025 ini menjadi momen berharga karena akhirnya saya diangkat sebagai P3K,” ungkapnya penuh haru.

 

Upacara Senin pagi itu pun menjadi lebih dari sekadar rutinitas mingguan. Ia menjadi ruang refleksi, tempat siswa belajar dari kisah nyata tentang kesungguhan dan kesetiaan pada cita-cita. Madrasah bukan hanya tempat belajar, melainkan juga rumah yang bisa menjadi panggung pengabdian di masa depan.

 

Dengan kisah Wardatul Fakhriyah dan Lili Kursila yang disampaikan dalam amanat upacara, MIN 17 Kepulauan Seribu kembali meneguhkan dirinya sebagai madrasah yang tidak hanya mencetak murid berprestasi, tetapi juga membangun generasi yang pulang membawa cahaya untuk lingkungannya. (j) 

 

  • Tags:  

Terkait

Menu Aksesibilitas

Mode Suara

Ukuran Teks

Monokrom

Tandai Tautan

Tebalkan Huruf

Perbesar Kursor