Jakarta (Humas Kepulauan Seribu) -- Dalam pelaksanaan kegiatan pertemuan rutin (Pertin) Dharma Wanita Persatuan (DWP) tingkat Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta bulan februari 2025, diisi dengan Wokshop yang bertema "Meningkatkan Kualitas Diri Melalui Publik Speaking". pada Rabu, (12/02/2025).
Workshop yang dilaksanakan di Aula Jayakarta Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta tersebut dihadiri oleh narasumber Widyaiswara dari Pusat Pengembangan Kompetensi Manajemen, Kepemimpinan, dan Moderasi Beragama (Pusbangkom MKMB), Ispawati Asri.
Dalam menyampaikan materinya, Ispawati Asri menjelaskan dengan lugas dan menarik bagaimana agar para pengurus dan anggota DWP bisa meningkatkan kualitas diri melalui publik speaking.
Dalam pemaparannya, Ispawati Asri menekankan bahwa keterampilan komunikasi yang baik merupakan kunci utama dalam meningkatkan kualitas diri, terutama bagi para pengurus dan anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP). Beliau menjelaskan beberapa langkah penting yang dapat diterapkan untuk meningkatkan skill komunikasi, baik dalam lingkup organisasi maupun kehidupan sehari-hari.
Pertama, membangun kepercayaan diri dalam berbicara. Menurut Ispawati, kepercayaan diri adalah faktor utama dalam public speaking. Banyak orang merasa gugup atau takut berbicara di depan umum karena kurangnya kepercayaan diri. “Jangan takut melakukan kesalahan. Justru dari kesalahan kita belajar. Yang penting, terus berlatih dan membiasakan diri untuk berbicara,” ujarnya.
Untuk meningkatkan kepercayaan diri, beliau menyarankan para peserta agar sering berbicara di depan cermin, merekam suara mereka, atau berlatih bersama teman. “Semakin sering kita berlatih, semakin nyaman kita dalam menyampaikan pendapat,” tambahnya.
Kedua, menguasai dan memahami materi dengan baik. Agar komunikasi berjalan efektif, seorang pembicara harus benar-benar memahami apa yang ingin disampaikan. “Kalau kita tidak paham materi, kita akan mudah gugup dan kehilangan fokus,” kata Ispawati.
Beliau menekankan pentingnya riset sebelum berbicara. “Luangkan waktu untuk memahami materi. Susun poin-poin penting dan buat alur yang jelas agar pesan kita mudah diterima oleh audiens,” jelasnya.
Ketiga, menggunakan bahasa yang jelas dan menarik. Menurut Ispawati, pemilihan kata sangat berpengaruh dalam komunikasi. “Gunakan bahasa yang sederhana, jelas, dan sesuai dengan audiens. Hindari penggunaan istilah yang terlalu teknis jika berbicara dengan orang awam,” pesannya.
Selain itu, beliau mengingatkan pentingnya intonasi dan ekspresi wajah dalam menyampaikan pesan. “Nada suara yang datar akan membuat audiens cepat bosan. Berikan variasi intonasi agar pesan lebih hidup dan menarik,” katanya.
Keempat, melatih teknik berbicara dengan gestur yang tepat. Selain kata-kata, bahasa tubuh juga memiliki peran besar dalam komunikasi. Ispawati menjelaskan bahwa postur tubuh yang tegap, kontak mata yang baik, dan gerakan tangan yang natural dapat membantu memperkuat pesan yang disampaikan.
“Jangan menyilangkan tangan di depan dada karena itu menunjukkan sikap defensif. Gunakan gestur tangan yang terbuka agar terlihat lebih percaya diri dan meyakinkan,” sarannya.
Kelima, membangun interaksi dengan audiens. Komunikasi bukan hanya tentang berbicara, tetapi juga mendengarkan dan memahami audiens. “Bangun koneksi dengan mereka. Lakukan kontak mata, ajukan pertanyaan, dan tanggapi respons mereka dengan baik,” ujar Ispawati.
Beliau juga menyarankan agar pembicara tidak hanya berfokus pada penyampaian materi, tetapi juga memahami kebutuhan audiens. “Ketika kita berbicara dengan empati dan memahami perspektif mereka, pesan kita akan lebih mudah diterima,” tambahnya.
Keenam, evaluasi dan terus berlatih. Sebagai langkah terakhir, Ispawati menekankan pentingnya evaluasi diri. “Setelah berbicara, tanyakan pada diri sendiri, apakah pesan saya sudah tersampaikan dengan baik? Apakah ada yang perlu diperbaiki?” katanya.
Beliau menganjurkan peserta untuk merekam diri saat berbicara, lalu menonton kembali untuk mengidentifikasi area yang bisa diperbaiki. “Latihan yang konsisten adalah kunci utama untuk meningkatkan keterampilan komunikasi,” pungkasnya.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, diharapkan para pengurus dan anggota DWP dapat lebih percaya diri dalam berbicara dan mampu menyampaikan ide serta pendapat mereka dengan lebih efektif.
Lebih lanjut, Ispawati Asri menjelaskan bahwa publik speaking yang baik dapat meningkatkan rasa percaya diri, memperkuat pengaruh dalam komunikasi, serta membuka peluang lebih luas dalam berbagai aspek kehidupan. “Ketika kita mampu berbicara dengan jelas, terstruktur, dan menarik, kita tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga mampu menginspirasi dan membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain,” ujarnya.
Ispawati menyoroti bahwa keterampilan berbicara di depan umum dapat membantu seseorang untuk lebih percaya diri, berpikir kritis, dan berani menyampaikan pendapat. “Kemampuan berbicara yang baik menunjukkan bahwa kita memiliki wawasan luas, mampu mengorganisir ide dengan baik, dan dapat menyampaikan gagasan secara efektif,” jelasnya.
Ispawati Asri menekankan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, publik speaking tidak hanya berguna dalam acara formal, tetapi juga dalam pertemuan, diskusi, maupun interaksi sosial. “Keterampilan ini bisa membantu kita dalam membangun komunikasi yang lebih baik di lingkungan kerja, keluarga, hingga komunitas,” tambahnya.
Di akhir pemaparannya, Ispawati Asri mengajak para peserta untuk terus mengembangkan kemampuan berbicara mereka agar dapat lebih percaya diri dan berperan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi maupun sosial. “Publik speaking bukan sekadar keterampilan, tetapi merupakan investasi bagi diri kita untuk berkembang, berani berbicara, dan mampu membawa perubahan positif dalam lingkungan sekitar,” pungkasnya.
Dengan adanya workshop ini, diharapkan para pengurus dan anggota DWP semakin memahami pentingnya publik speaking dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.