Jakarta (Humas Kemenag DKI) --- Kementerian Agama DKI Jakarta mengusung gerakan ekoteologi dan green religion sebagai respons terhadap krisis perubahan iklim dan pemanasan global yang semakin mengkhawatirkan. Gerakan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran beragama yang berpihak pada kelestarian lingkungan hidup.
"Pak Menteri selalu menyampaikan tentang ekoteologi. Jadi bagaimana kita punya pandangan keagamaan yang berpihak terhadap kecintaan semesta," ujar Kepala Kanwil Kemenag DKI Jakarta, Adib dalam kegiatan Media Gathering di Jakarta.
Kakanwil menjelaskan bahwa selama ini alam semesta hanya dipandang sebagai objek eksploitasi manusia. Padahal, semua ajaran agama dengan jelas mengajarkan pentingnya merawat dan menjaga kelestarian lingkungan. Kesadaran ini yang harus dibangun bersama-sama di tengah masyarakat beragama.
Gerakan ekoteologi menjadi semakin penting mengingat dampak perubahan iklim dan pemanasan global yang terus memakan korban di berbagai wilayah dan negara. Kondisi ini harus menjadi kesadaran bersama, terutama dari masyarakat yang beragama, untuk mengambil langkah nyata dalam menjaga lingkungan.
Menteri Agama, menurut Kakanwil, menganggap sangat penting untuk menyuarakan konsep ekoteologi, yaitu beragama yang memiliki prinsip kecintaan terhadap lingkungan. Konsep ini mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan kepedulian terhadap alam semesta.
Green religion atau agama hijau menjadi pendekatan baru dalam melihat hubungan antara ajaran agama dengan tanggung jawab terhadap lingkungan. Pendekatan ini mengajak umat beragama untuk tidak hanya fokus pada ritual keagamaan, tetapi juga pada praktik nyata dalam menjaga kelestarian alam.
Kakanwil menekankan bahwa climate change atau perubahan iklim yang semakin mendidih harus menjadi perhatian serius semua pihak. Masyarakat beragama memiliki peran strategis dalam mengkampanyekan pentingnya menjaga lingkungan berdasarkan nilai-nilai agama yang dianut.
Gerakan ekoteologi dan green religion ini masuk dalam program prioritas (Asta Protas) Kementerian Agama yang diterjemahkan dan diimplementasikan di DKI Jakarta. Program ini menjadi salah satu fokus utama dalam upaya menghadirkan layanan keagamaan yang berdampak bagi masyarakat.
“Kementerian Agama DKI Jakarta mengajak seluruh komponen masyarakat, termasuk media massa, untuk bersama-sama menyuarakan pentingnya ekoteologi. Kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan ekosistem informasi keagamaan yang edukatif, inklusif, dan mampu menebarkan kebaikan dalam menjaga kelestarian lingkungan,” pungkasnya.