Jakarta (Humas Kemenag DKI) --- Perjalanan haji tak hanya soal jarak atau biaya, melainkan juga soal keteguhan hati, cinta, dan pengorbanan. Itulah yang tergambar dari sosok Siti Nurhidayah Binti Soeratman, calon jemaah haji disabilitas tunanetra berusia 65 tahun yang tergabung dalam kloter 26 asal Jakarta Timur, Embarkasi Jakarta Pondok Gede.
Meski mengalami tunanetra sejak usia dua tahun, Ibu Siti tak pernah memadamkan niat sucinya untuk menunaikan ibadah haji. “Sudah niat dari lama, cuma belum dapat kesempatan,” tuturnya.
Lanjutnya, Ibu Siti mengungkapkan bahwa seluruh biaya haji ditanggung oleh ketiga anaknya, sebagai wujud cinta dan bakti kepada sang ibu.
“Saya tinggal nerima beres aja. Semua anak yang bayarin,” ungkapnya.
Ibu Siti yang berasal dari Semarang ini telah lama menetap di Kawasan Pasar Rebo, Cijantung, Jakarta Timur dan kesehariannya tetap mandiri dalam mengurus rumah. “Masak, nyuci semua sendiri. Karena sudah hafal,” ujarnya.
Menurutnya, sebelum memasuki masa lansia, Ibu Siti dan almarhum suaminya yang juga tunanetra mengandalkan hidup dari profesi sebagai tukang pijat. “Kami kerja bareng sejak muda sampai tua. Sekarang suami saya sudah meninggal sejak 2016,” kenangnya.
Sebagai bentuk hadiah penuh cinta dari seorang anak, Ibu Siti hanya diminta untuk beristirahat dan menikmati masa tua oleh anak anaknya. Menurutnya, ini sebuah bukti keberhasilan sejati bukan hanya materi melainkan membentuk anak yang berbakti dan penuh kasih.
“Alhamdulillah, anak-anak saya tanggung jawab, tidak menyepelekan orang tua. Mereka tidak menghamburkan uang, dan mau belajar,” pungkas Ibu Siti.