Berita

Air Mata Haru Mengiringi Langkah Suci: Kisah di Balik Pelepasan Kloter Haji JKG 55 DKI Jakarta

Senin, 26 Mei 2025
blog

Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Marullah Matali menyapa jemaah haji

Jakarta (Humas) – Di bawah langit pagi yang cerah, ratusan jemaah haji Kloter JKG 55 Provinsi DKI Jakarta perlahan memasuki area pemberangkatan. Ada yang tersenyum haru, ada pula yang tak kuasa membendung air mata. Mereka adalah para tamu Allah SWT yang tahun ini mendapat kehormatan menunaikan ibadah haji, perjalanan spiritual yang tak hanya menguji fisik, tapi juga keikhlasan dan kesabaran.

 

Suasana menjadi semakin khidmat saat suara salam pembuka menggema: “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.” Disampaikan dengan penuh ketulusan, pidato pelepasan yang dibacakan oleh Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Marullah Matali, bukan hanya seremonial belaka. Ia menyelipkan doa, harapan, dan pesan-pesan mendalam yang menggetarkan hati.

 

“Tak semua orang mendapat kehormatan ini,” ujar beliau. “Banyak yang mampu secara ekonomi, sehat jasmani, namun belum dipanggil. Maka sungguh berbahagialah Bapak dan Ibu sekalian.” sambungnya, Senin (26/05/2025)

 

Kata-kata itu menampar kesadaran banyak jemaah. Di antara mereka, ada yang menunggu belasan hingga puluhan tahun untuk akhirnya diberi kesempatan oleh Allah SWT. Ada pula yang menjual tanah, kendaraan, bahkan perhiasan warisan, demi memenuhi panggilan suci ini.

 

Satu per satu pesan pun disampaikan: luruskan niat, jaga akhlak, dan kuatkan kebersamaan. Marullah juga menegaskan bahwa haji bukan untuk mengejar gelar, tapi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Di Tanah Suci, status duniawi melebur yang tinggal hanya niat, keikhlasan, dan amal.

 

Tak lupa, beliau menitipkan pesan penting: menjaga kesehatan, menaati arahan petugas, dan saling membantu sesama jemaah. Semua itu adalah cerminan ukhuwah Islamiyah yang sejati.

 

Suara takbir dan shalawat mengiringi prosesi akhir pelepasan. Jemaah perlahan menaiki bus dengan tangan menggenggam erat tas kecil berisi dokumen, doa, dan harapan dari keluarga tercinta. Di kejauhan, lambaian tangan dan peluk hangat menjadi saksi bisu perpisahan sementara—sebuah awal dari perjalanan yang akan mengubah hidup mereka.

 

“Semoga perjalanan ini menjadi cahaya yang menerangi langkah-langkah kebaikan di tengah keluarga dan masyarakat,” pungkas Marullah.

 

Dalam diam, ratusan hati berdoa. Semoga perjalanan ini bukan hanya sekadar ibadah, tapi menjadi titik balik yang mengubah diri menjadi insan yang lebih bertakwa.

  • Tags:  

Terkait

Menu Aksesibilitas

Mode Suara

Ukuran Teks

Monokrom

Tandai Tautan

Tebalkan Huruf

Perbesar Kursor