Jakarta (Humas MTsN 34 Jakarta) – Tak semua guru berani mengambil langkah keluar dari zona nyaman. Namun, bagi Usup Sidik, Guru Fikih di MTsN 34 Jakarta, tantangan justru menjadi batu loncatan untuk berkarya. Ia sukses menyusun dan menerbitkan dua buku pelajaran Fikih Kurikulum Merdeka untuk kelas 7 dan 8, yang kini resmi diterbitkan oleh penerbit nasional, Bumi Aksara.
“Alhamdulillah, telah terbit buku solo pertama saya,” ucap Usup penuh syukur, saat menyerahkan kedua buku tersebut sebagai koleksi baru untuk perpustakaan MTsN 34 Jakarta. Momen ini menjadi bukti nyata semangat literasi dan dedikasi seorang pendidik yang ingin terus berkembang.
Bagi Usup, segala sesuatu berawal dari kesempatan dan kemauan. Ketika mendapat tawaran untuk menyusun buku Fikih dengan pendekatan kurikulum baru, ia langsung menyambutnya meski belum memiliki pengalaman menulis. “Kesempatan tidak datang berulang. Walaupun tugas mengajar padat, saya yakin mampu,” tuturnya. Keyakinan tersebut diperkuat oleh dukungan teman-teman sejawat yang menyemangatinya untuk terus melangkah.
Proses penulisan dua buku tersebut memakan waktu hampir enam bulan, melebihi target awal. Namun, berkat pengertian dari pihak penerbit dan semangat pantang menyerah, kedua buku akhirnya rampung di pertengahan tahun. “Tidak mudah, apalagi saya masih sangat baru dalam dunia penulisan dan kurikulum ini juga masih baru,” kata Usup.
Salah satu kunci keberhasilannya adalah tidak malu bertanya. “Awalnya banyak kendala, baik dari sisi penulisan maupun isi konten. Tapi saya tidak menyerah. Saya banyak bertanya kepada penerbit dan juga guru-guru lain yang lebih berpengalaman,” jelasnya.
Penerbit turut memberikan dukungan penuh, mulai dari template penulisan hingga proses penyuntingan. Semua itu membuat Usup merasa terbantu dan semakin percaya diri. “Diskusi dan komunikasi itu penting. Saya merasa beruntung bisa dikelilingi oleh orang-orang yang suportif,” tambahnya.
Kini, dua buku pelajaran Fikih karyanya tidak hanya menjadi referensi tambahan di madrasah, tetapi juga simbol semangat berkarya di tengah kesibukan sebagai pendidik. Ia berharap buku tersebut bisa memotivasi siswa untuk lebih giat membaca, serta menjadi inspirasi bagi guru lain untuk mulai menulis.
“Kesempatan tidak boleh disia-siakan. Ketika kita serius belajar dan mau bertanya, maka hal yang sulit akan jadi mudah,” pungkas Usup dengan senyum bangga.