Jakarta (Humas MIN 9 Jakarta) — Di tengah gemuruh perkembangan pendidikan nasional, satu langkah berarti kembali ditorehkan oleh sosok pendidik berdedikasi, Tri Asihati Ratna Hapsari. Suasana khidmat menyelimuti Aula Lantai 4 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Senin (30/6/2025), saat ia mempertahankan disertasi dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor bidang Manajemen Pendidikan Islam (MPI).
Hari itu bukan sekadar peneguhan gelar akademik tertinggi, tetapi juga simbol dari ketekunan, komitmen, dan kontribusi nyata bagi dunia pendidikan Islam, khususnya di madrasah. Disertasinya yang berjudul "Strategi Madrasah dalam Peningkatan Literasi dan Numerasi pada Asesmen Nasional Berbasis Komputer (Studi Multi Situs di MIN 9 dan MI Pembangunan UIN Jakarta)" mengangkat isu yang sangat kontekstual, bagaimana madrasah merespons tantangan rendahnya capaian literasi dan numerasi berdasarkan data Asesmen Nasional 2024.
Dalam pemaparannya, Tri memperkenalkan konsep inovatif Sinergi Multi Strategi Antar Komponen Rancangan Terbuka atau disingkat SMART, sebuah pendekatan strategis yang menggabungkan berbagai elemen pendidikan, mulai dari intrakurikuler, ekstrakurikuler, hingga optimalisasi teknologi menjadi satu kesatuan yang sinergis dan fleksibel.
Sidang terbuka itu dipimpin langsung oleh Rektor UMJ, Ma'mun Murod, dan dihadiri jajaran penguji yang terdiri dari nama-nama besar dalam dunia pendidikan seperti Herwina Bahar, Hidayat Nurwahid, Saiful Bahri, serta Dede Rosyada dan Rusmin Tumanggor sebagai penguji tamu dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan IPK 3,91 dan predikat pujian, Tri resmi menyandang gelar Doktor ke-81 dari Program MPI UMJ, sebuah pencapaian yang tak hanya membanggakan dirinya, tetapi juga dunia pendidikan Islam.
Kepala MIN 9 Jakarta Selatan, Nony Priany, tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. Ia menilai bahwa penelitian yang dilakukan Tri sangat relevan dengan kondisi madrasah saat ini.
“Kami sangat bangga dan bersyukur atas pencapaian Ibu Tri. Strategi SMART yang beliau gagas menjadi inspirasi bagi kami untuk terus berinovasi dalam pembelajaran, terutama dalam meningkatkan literasi dan numerasi siswa,” ujarnya.
Tri sendiri, dengan penuh rasa syukur, mengungkapkan bahwa gelar ini adalah wujud pengabdian terhadap pendidikan.
“Gelar Doktor ini bukan hanya pencapaian pribadi, tetapi bentuk komitmen saya terhadap pengembangan pendidikan Islam yang lebih adaptif dan berkualitas,” ucapnya dengan haru. Ia berharap hasil penelitiannya bisa menjadi solusi nyata yang aplikatif bagi madrasah menghadapi tantangan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK).
Dukungan terhadap karya ilmiah Tri juga datang dari rekan sejawat di lapangan. Mukhlis, guru MIN 9, menilai bahwa strategi SMART memberikan sudut pandang baru yang sangat aplikatif bagi madrasah.
“Sebagai guru, saya merasa sangat terinspirasi. Strategi SMART ini membantu kami mengelola pembelajaran yang lebih efektif dan terintegrasi. Kami siap mengadopsinya agar hasil ANBK siswa semakin meningkat,” ungkapnya.
Sidang terbuka ini tak hanya menjadi selebrasi akademik, melainkan juga ruang pertemuan inspirasi dari para guru, dosen, keluarga, sahabat, hingga komunitas pendidikan madrasah lainnya seperti Green School Permata Assholihin (GSPA). Kehadiran mereka menambah khidmat momen, sekaligus menjadi pengingat bahwa keberhasilan pendidikan bukanlah kerja individu, melainkan kolaborasi penuh semangat.
Tri Asihati Ratna Hapsari telah membuktikan bahwa penelitian bukan hanya soal teori, tetapi juga soal solusi. Ia menjembatani dunia akademik dan dunia praktik pendidikan dengan pendekatan SMART yang bisa diterapkan langsung di ruang-ruang kelas madrasah.
Di tengah tuntutan zaman dan tantangan kebijakan asesmen nasional, kehadiran figur seperti Tri adalah oase bagi pendidikan Islam. Seorang doktor, seorang pengawas, dan seorang ibu yang berhasil menjadikan ilmunya cahaya perubahan tidak hanya untuk dirinya, tetapi untuk anak-anak madrasah yang akan menjadi pemimpin masa depan bangsa.