Jakarta (Humas Bimas Katolik) --- Pembimas Katolik Kanwil Kemenag Prov. DKI Jakarta, Salman Habeahan menghimbau kepada para siswa-siswi Katolik untuk dapat menanamkan serta meningkatkan pemahaman dan latihan kepemimpinan dalam semangat moderasi beragama serta dapat menjadi agen perubahan dalam mewujudkan pemahaman dan penghayatan jiwa kepemimpinan yang moderat baik di lingkungan sekolah maupun di gereja.
"Dalam teori kepemimpinan, setiap orang yang lahir sejatinya sudah jadi pemimpin, maka Siswa Katolik harus belajar dan berlatih menjadi pemimpin dengan aktif berorganisasi sejak di bangku sekolah. Dan anda disini juga terpanggil untuk bisa jadi pemimpin di masa mendatang di lingkungan gereja dan masyarakat kelak,” ungkapnya.
Ditambahkan, model kepemimpinan yang moderat itu dapat kita lihat dari 2 tokoh agama besar, Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Tayeb dalam pertemuan yang menghasilkan Deklarasi Abu Dhabi berupa Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Berdampingan.
“Mereka inilah model pemimpin yang moderat bahwa agama tidak menjadi halangan bagaimana membawa perubahan membangun kepemimpinan yang memperjuangkan bukan hanya kepemimpinan kelompok kecil tapi kepentingan semua umat manusia di dunia ini, tanpa batas agama, suku, ras, dan sebagainya,” ujarnya. (30/10/2021).
Di akhir sambutan, Salman mengingatkan para peserta untuk selalu menjaga protokol kesehatan.
"Tetap mengikuti protokol kesehatan dan peka terhadap situasi sekitar," pesannya dihadapan 60 siswa siswi katolik dari 22 sekolah negeri maupun swasta yang ada di Jakarta.
Sedangkan Hasan Basri Sagala selaku Tenaga Ahli Menteri Agama Kementerian Agama menyampaikan bahwa ciri seorang pemimpin itu wajib memimpin dirinya sendiri, kemudian kelompoknya.
“Oleh karena itu sebagai seorang pemimpin jangan pernah tabu mengakui bila ada yang baik di luar agama kita,” ungkapnya.
Hasan Basri menambahkan, salah satu filsafat kepemimpian yang diajarkan Ki Hajar Dewantara menanamkan kepada kita nilai-nila kepemimpinan di masa depan yang akan menghasilkan pemimpin yang tangguh.
“Karena merupakan pemimpin yang disiplin terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan masyarakatnya, tanpa memandang halangan berupa perbedaan baik agama, suku, ras, dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Selain Tenaga Ahli, hadir juga memberikan paparan Cand. Dr. Andreas Bangun, M.Psi. (trainer dan dosen Univ. Kalbe), dan Drs. Fidelis Waruwu, M.Sc.Ed. (Direktur Edutraco, Motivator dan trainer). /Norman Sitinjak.