Jakarta (Humas MIN 21 Jakarta) — Suasana penuh semangat dan antusiasme menyelimuti lingkungan MIN 21 Jakarta selama tiga hari berturut-turut, 8, 9, dan 12 Juli 2025. Seluruh guru mengikuti Workshop Kurikulum Berbasis Cinta dan Ekoteologi, sebuah kegiatan pengembangan kompetensi yang tidak hanya menyentuh sisi akademik, tetapi juga spiritual dan emosional.
Workshop ini menghadirkan narasumber-narasumber kompeten yang menyuguhkan materi dengan pendekatan humanis dan aplikatif. Dermawati dari Balai Diklat Kementerian Agama Jakarta membuka rangkaian kegiatan dengan dua topik utama yang menyegarkan: “Joyful Learning dengan Media Pembelajaran Aplikasi White Board Animation” dan “Kurikulum Berbasis Cinta”. Materi ini menekankan pentingnya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, serta membentuk hubungan emosional yang sehat antara guru dan siswa.
Tidak berhenti di sana, workshop juga menyuguhkan konsep “Ekoteologi” yang dibawakan oleh Solihin, seorang pakar pendidikan sekaligus pemerhati isu lingkungan. Ekoteologi mengajak para peserta untuk melihat keterkaitan antara ajaran agama dan pelestarian alam. “Lingkungan bukan sekadar objek, melainkan bagian dari ciptaan Tuhan yang harus dijaga,” ungkap Solihin, memantik refleksi mendalam dari para pendidik.
Dalam sesi penguatan nilai-nilai workshop, Zulkarnain menjabarkan esensi dari Kurikulum Berbasis Cinta dan Ekoteologi sebagai benang merah pendidikan yang utuh. “Ini tentang merajut cinta kepada Allah, membangun cinta kepada sesama manusia, dan membentuk cinta kepada lingkungan,” tuturnya. Baginya, agama tidak hanya mengajarkan ritual, tetapi juga memerintahkan pelestarian dan penghormatan terhadap alam.
Lebih jauh, Zulkarnain menautkan gagasan ini dengan visi Kementerian Agama yang digaungkan oleh Menteri Agama, Nasarudin Umar, yakni membangun kerukunan atas dasar cinta dan kemanusiaan. “Kerukunan intern, antar umat beragama, dan antara umat dan pemerintah harus dibangun di atas fondasi cinta,” tambahnya.
Kepala MIN 21 Jakarta, Ecep Hasanudin, dalam sambutannya menekankan urgensi workshop ini sebagai bagian dari peningkatan profesionalisme guru. “Kurikulum terus berkembang. Guru harus terus meng-update pengetahuannya agar dapat mengajar dengan optimal,” ujar Ecep. Ia berharap kegiatan ini menjadi titik tolak peningkatan kualitas pembelajaran di madrasah yang dipimpinnya.
Sejalan dengan itu, Kuswiyati, Pengawas MIN 21 Jakarta, turut memberikan dorongan moral kepada para guru. Ia mengapresiasi semangat para peserta sekaligus mengingatkan pentingnya memanfaatkan momentum ini. “Gunakan ilmu yang didapat untuk memperkaya proses belajar mengajar. Madrasah akan lebih baik jika gurunya terus belajar,” pesannya.
Workshop ini bukan sekadar agenda rutin, melainkan ruang tumbuh bagi guru-guru MIN 21 Jakarta untuk menguatkan peran mereka sebagai pendidik sekaligus agen perubahan. Dengan semangat cinta dan kepedulian terhadap lingkungan, MIN 21 Jakarta melangkah menuju pendidikan yang lebih manusiawi, inklusif, dan berwawasan ekologis.