Jakarta (Humas Kepulauan Seribu) -- Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Kepulauan Seribu, Nasruddin, bersama Kepala Seksi Pendidikan Islam, Sutama, dan jajaran staf, mengikuti kegiatan Kick Off Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Internasional ke-1 Tahun 2025 secara daring melalui Zoom Meeting. Kegiatan ini diikuti dari Kantor Perwakilan Kemenag Kabupaten Kepulauan Seribu, pada Selasa (08/07/2025) di Aula H. M. Rasjidi, Kantor Kementerian Agama RI, Jakarta.
Kegiatan diawali dengan laporan dari Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI selaku Ketua Penyelenggara, Suyitno. Dalam laporannya, ia menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya MQK Internasional yang untuk pertama kalinya digelar tahun ini dan berhasil menjaring ribuan peserta.
“Alhamdulillah, tahun ini kita bisa menyelenggarakan MQK Internasional pertama dengan jumlah peserta sebanyak 8.773 santri, yang berasal dari 1.218 lembaga,” ujar Suyitno.
Lebih lanjut, Suyitno menyampaikan bahwa terdapat tiga keistimewaan dalam penyelenggaraan MQK Internasional kali ini.
“Pertama, ini adalah kali pertama MQK diselenggarakan secara internasional,” ungkapnya.
“Kedua, seluruh tahapan pelaksanaan, mulai dari pendaftaran hingga seleksi akhir, menggunakan sistem digital berbasis teknologi,” lanjutnya.
“Ketiga, pelaksanaan MQK sebelumnya selalu dilaksanakan di wilayah Indonesia bagian barat, dan alhamdulillah, tahun ini untuk pertama kalinya diselenggarakan di wilayah Indonesia bagian timur, tepatnya di Pondok Pesantren As-Adiyah Sengkang, Provinsi Sulawesi Selatan,” jelasnya.
Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, yang turut hadir dan memberikan sambutan secara daring, menjelaskan secara filosofis makna dari Qira’atil Kutub yang menjadi inti kegiatan ini.
“Qira’atil Kutub berasal dari bahasa Arab yang berakar dari kata qara’a al-kutub, yang berarti membaca kitab. Kata qara’a sendiri berasal dari kata qataba, yang merupakan bentuk klasik dalam bahasa Arab dan jarang digunakan sebelum turunnya Al-Qur’an. Kata ini khusus digunakan untuk menyebut aktivitas membaca kitab suci,” ujar Menag.
Ia melanjutkan bahwa,
“Begitu juga dengan kata qataba, itu hanya digunakan untuk penulisan kitab suci. Maka ketika Rasulullah diminta oleh Malaikat Jibril untuk membaca (Iqra’), beliau menjawab, ‘Ma ana bi qāri’ – Saya bukan pembaca kitab’, karena memang belum pernah ada kitab suci yang diturunkan di Mekkah sebelumnya. Kitab-kitab suci seperti Taurat, Injil, dan Zabur semuanya diturunkan di kawasan Palestina.”
Menag menegaskan bahwa membaca kitab kuning atau turats tidak cukup hanya dilakukan secara tekstual, melainkan dengan kesadaran penuh, konsentrasi, dan kontemplasi.
“Membaca dengan penuh konsentrasi dan kontemplasi, itulah makna sejati dari qara’a. Ini bukan sekadar aktivitas membaca biasa, tetapi menyelami dan menghayati makna yang terkandung di dalamnya,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan agar makna sakral dan nilai-nilai keilmuan dari kitab-kitab turats tetap dijaga dalam pelaksanaan MQK.
“Turats itu adalah kitab provert, sedangkan Al-Qur’an adalah secret. Provert adalah puncak budaya yang mencerminkan karya intelektual dan spiritual umat. Jadi, kitab turats adalah warisan keilmuan yang ditulis dengan kesungguhan batin,” tegas Menag.
Menag Nasaruddin juga menyampaikan bahwa kompetisi ini bukan semata-mata ajang kemampuan membaca atau menulis bahasa Arab.
“Kalau hanya menulis bahasa Arab, saya kira itu bukan esensi dari perlombaan ini. Yang kita harapkan adalah bagaimana peserta mampu menjiwai dan berdialog secara mendalam dengan kitab-kitab quras. Bacaan yang membuat dahi berkeringat itulah indikator bahwa seseorang betul-betul sedang menyelami ilmu,” ujarnya.
Mengakhiri sambutannya, Menag menekankan pentingnya nilai kontemplatif dalam memahami kitab-kitab yang diperlombakan.
“Yang diperlombakan bukan majalah atau surat kabar dengan bahasa populer, melainkan kitab-kitab quras. Kitab quras adalah karya yang ditulis dengan kontemplasi, bukan sekadar konsentrasi. Konsentrasi hanya melibatkan pikiran, sedangkan kontemplasi melibatkan spiritualitas. Jika hanya logika yang digunakan, maka makna terdalam dari kitab tersebut akan sulit tergali,” pungkasnya.
Turut hadir secara daring dalam kegiatan ini, Kepala Seksi Pendidikan Islam Kantor Kemenag Kabupaten Kepulauan Seribu, Sutama, beserta staf.