Berita

Iman, Islam dan Ihsan, Tiga Pilar Kehidupan Keagamaan

Rabu, 24 Maret 2021
blog

Illustrasi Foto (Kemenag RI DKI Jakarta)

Bekasi (Humas) --- Dirjen Pendidikan Madrasah Kemenag RI, Muhammad Ali Ramdhani menyampaikan tiga pilar kehidupan keagamaan dalam sebuah komunitas, yaitu iman, islam dan ihsan.

“Ihsan secara termonologi adalah sebuah perilaku/pola pemikiran ketika seseorang melakukan sesuatu, maka lakukannya hal tersebut serasa melihat tuhan. Dan ketika tidak mampu menghadirkan sang khalik, percayalah bahwa Tuhan melihat dirinya,” ujarnya dihadapan 132 peserta Rakor Pendidikan Madrasah Tahun 2021, Rabu (25/03).

Sebagai pilar pendidikan islam, Ihsan menjadi lima dasar pondasi yang dicanangkan sebagai capaian proses pembelajaran. “Huruf I mewakili integritas,” ungkapnya.

Beliau menjelaskan, pendidikan yang gagal ketika lembaga tidak mampu menciptakan insan yang memiliki integritas dan tolak ukurnya adalah kejujuran, kedisiplinan, ketepatan terhadap waktu.

“Jadi, gagal sebuah lembaga pendidikan apabila dia tidak mampu melahirkan orang orang memiliki nilai - nilai yang ahlakul karimah,” imbuhnya.

Huruf yang kedua dalam kata Ihsan adalah H mewakili Humanisme. Dia menerangkan bahwa ketika kita melahirkan insan insan produk dari madrasah, mereka ada yang memiliki wajah yang ramah tidak marah, mereka yang mengajak bukan mengejek, mereka yang membina bukan menghina.

“Selalu terpilih kata katanya, tidak pernah keluar kata kata yang kotor dari alumni madrasah,” jelasnya.

Huruf ketiga adalah S mewakili kata Spiritualitas. Ramdhani mengingatkan bahwa gagal sebuah madrasah ketika tidak mampu melahirkan alumni yang tidak memiliki nilai spiritual yang bagus.

“Orang yang memiliki spiritual yang baik adalah ketika dia bekerja dengan sungguh sungguh dan berdoa sambil berikhtiar,” ingatnya.

Huruf keempat, yaitu A mewakili Adaptasi. Dimana lembaga madrasah juga harus menciptakan insan yang hasanah dalam konteks keduniaan. Dan ramalan kita terhadap masa depan adalah sesuatu hal yang perlu kita baca dan kita sampaikan menjadi proses pembelajaran.

“Ketika kita membaca masa depan maka satu hal yang kita ajarkan. Dan kita juga harus mampu mengajarkan ke anak didik kita bagaimana melakukan learning to now, learning to do, learning to be menjadi sesuatu learning together,” ujarnya.

Dan huruf terakhir adalah N mewakili Nasionalisme. Beliau mengungkapkan, tidak berhasil sebuah madrasah apabila menghasilkan alumni yang tidak cinta dengan bangsa dan tidak memiliki akar akar nasionalisme yang kuat. Dan Nilai nilai Hubul Wathon Minal Iman atau cinta kebangsaan merupakan bagian dari iman.

“Bahwa lembaga pendidikan islam adalah mereka yang melahirkan insan insan yang memiliki 3 karakteristik, yaitu iman yang kuat, islam yang kokoh dan ihsan yang terinternalisasi,” ujarnya.

“Dan Ihsan adalah akronim dari integritas, humanisme, spiritualitas, adaptasi dan nasionalisme,” tambahnya diakhir sambutan.

 

 

  • Tags:  

Terkait