Bogor (Humas Kepulauan Seribu) — Memasuki hari kedua kegiatan Forum Kehumasan Sahabat Religi Tahun 2025 tingkat Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta, hadir Jurnalis Media Indonesia, Eko Suprihatno, sebagai narasumber dengan membawakan materi bertajuk "Menulis Berita Mengabarkan Cerita". Kegiatan ini berlangsung Bogor, Jawa Barat, pada Selasa, (29/04/2025).
Dalam pemaparannya, Eko Suprihatno menekankan bahwa hal utama dalam menulis berita adalah niat yang tulus untuk menyampaikan informasi secara benar dan bertanggung jawab.
“Dalam menulis berita, yang paling utama adalah niat. Jadi niatkan dulu apa yang akan kita tulis, niatkan untuk memberikan informasi yang bermanfaat, bukan hanya sekadar memenuhi kewajiban,” ujarnya membuka sesi materi.
Ia juga menyampaikan bahwa berita yang baik adalah berita yang mudah dibaca dan dipahami oleh khalayak luas.
"Gunakan bahasa yang sederhana, jelas, dan tidak berbelit-belit. Karena tulisan kita bukan untuk diri sendiri, tapi untuk dibaca orang lain dari berbagai latar belakang,” tambahnya.
Eko melanjutkan bahwa pada dasarnya, menulis berita merupakan kegiatan yang lahir dari aktivitas keseharian.
“Menulis itu adalah mengumpulkan cerita dari kegiatan sehari-hari—baik itu sebuah acara, peristiwa, atau tindakan—dan mengemasnya menjadi narasi yang informatif,” jelasnya.
Terkait dengan perbedaan antara siaran pers dan berita, Eko menjelaskan bahwa keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menyebarkan informasi. Namun, secara fungsi dan sifat penyampaiannya, keduanya berbeda.
“Siaran pers itu komunikasi satu arah dari lembaga kepada publik, sedangkan berita bisa berasal dari berbagai sumber, diverifikasi, lalu disusun menjadi laporan yang bersifat dua arah atau lebih. Ini yang membedakannya secara mendasar,” tuturnya.
Ia juga membedakan antara berita dan informasi. Menurutnya, berita adalah bentuk informasi yang sudah melalui proses verifikasi, memiliki penanggung jawab, dan bisa dipertanggungjawabkan.
“Kalau berita itu jelas siapa yang menyampaikan, siapa editornya, dan siapa yang bertanggung jawab. Misalnya berita di situs resmi instansi pemerintah. Sedangkan informasi bisa berasal dari mana saja, belum tentu terverifikasi, dan belum tentu benar,” jelas Eko.
Sebagai penutup, Eko menekankan pentingnya menghindari ambiguitas dalam penulisan berita dan pentingnya menghadirkan nilai tambah dalam tulisan.
“Penulis dan humas tidak boleh menulis kalimat yang ambigu atau belum jelas kebijakannya. Selain itu, tulislah berita yang bernilai dan mampu menarik perhatian. Karena berita yang baik bukan hanya informatif, tetapi juga menarik untuk dibaca,” pungkasnya.