Jakarta [inmasJP] – Dengan tema membentuk keluarga sakinah mawaddah warohmah, H. Asmar menggambarkan pentingnya keluarga. Penyuluhan di KUA Kecamatan Tanah Abang itu disampaikan dalam rangkaian pembinaan pra nikah, Rabu (18/04).

“Membangun keluarga sakinah mawaddah warohmah menjadi tugas bersama suami dan istri,” tegasnya. Persepsi hanya istri yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan rumah tangga merupakan persepsi usang. Saat ini seorang istri pun dapat membantu penghasilan suami dengan menjadi pegawai atau berwiraswasta.

Sebaliknya, pekerjaan rumah tangga sejatinya tugas suami. Hal ini telah dicontohkan Rasulullah dengan mencuci bajunya sendiri. “Nasehat cucilah bajumu memiliki dimensi proses dan hasil,” ajarnya kepada 19 pasang calon pengantin itu.

Sebagai sebuah proses, berarti ia berbagi dengan istri dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Dari dimensi hasil adalah memaksa suami tampil dengan pakaian rapi di depan istri. “Jika suami menuntut istri tampil cantik di depannya, mengapa suami tidak wajib berpakaian sepantasnya jua?” ujarnya.

Pekerjaan rumah tangga seperti mencuci dan memasak termasuk dalam ruang lingkup kewajiban yang harus dilakukan suami. Pandangan ini diwakili oleh Imam Hanafi, Syafi’i dan Maliki. Adapun riwayat-riwayat lain yang menyebutkan bahwa istri harus melayani suami hanya menunjukkan sifat ketaatan dan keluhuran budi seorang istri.

“Hubungan suami istri dalam Islam dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang,” jelas Penyuluh Agama Islam Kecamatan Tanah Abang itu. Masing-masing pihak menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya serta mau nasehat dan menerima nasehat.

Suami memang merupakan kepala rumah tangga namun juga butuh nasehat dari istri sebagai bendahara keluarga. Hal ini untuk menjaga pasak tidak lebih besar dari tiang, “Menjaga pengeluaran tidak melebihi pendapatan,” tandasnya.  /j15