Berita

Peringatan Maulid Nabi MTsN 32, Momentum Membangun Paradigma Qur'ani Membumikan Moderasi Islam

Jumat, 14 Desember 2018
blog

Illustrasi Foto (Kemenag RI DKI Jakarta)

Jakarta (Humas MTsN 32) --- Lantunan zikir, tahlil, dan shalawat berkumandang di pelataran MTsN 32 Jakarta saat peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang dihadiri peserta didik, guru dan karyawan serta orang tua. Senin (10/12).

Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an oleh Asrafi Syafiq Iswara, peraih juara harapan dalam Olimpiade Pencinta Qur'an ke-2 di Lombok 2018 dengan saritilawah Nahru Rasyidah, keduanya adalah peserta didik MTsN 32 Jakarta.

Lantunan shalawat yang dikumandangkan diiringi tepukan rebana apik tim hadrah membuat suasana semakin semarak. Tampak sejumlah peserta didik larut dalam indahnya syair yang dilantunkan Nopitalia, Saniah, Nurhayati dan Hj. Saanah yang merupakan guru MTsN 32 Jakarta.

Ketua panitia, Chairuddin Lubis menyampiakan kegiatan ini mengusung tema Momentum membangun paradigma Qur'ani membumikan moderasi Islam. Beliau juga mengatakan, pada zaman sekarang ini kita berada pada situasi perkembangan arus globalisasi dan informasi yang membuat kita harus bijak menyikapinya.


"Sebagai 'ummatan wasathan' kita hendaknya berada di jalan tengah, tidak terlalu ke kanan maupun terlalu ke kiri sehingga jauh dari tuntutan ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin." Jelasnya.

Dalam sambutannya, Kepala Madrasah, Hj. Makiyah mengatakan bahwa Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak. "Sebelum kehadiran Rasulullah, manusia saat itu memiliki perilaku yang biadab, gemar berperang, saling membunuh, dan mengedepankan kepentingan suku dan kelompok. Kemudian setelah menerima risalah kenabian, Rasulullah mengubah tradisi yang buruk dan memberikan keteladanan akhlak mulia. Inilah yang perlu kita ambil hikmahnya dalam peringatan maulid nabi saat ini."

Dalam ceramah hikmah maulid sebagai acara inti, KH. Abi Ridhwan (ustadz gaul) menyampaikan materi dakwah yang simpatik dan menyegarkan. Diselingi humor ringan. Beliau menyampaikan kisah kemuliaan akhlak Rasulullah terhadap seorang Yahudi yang buta yang selalu mencaci Rasulullah namun Rasulullah tetap bersikap lemah lembut.

"Hampir setiap pagi, Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun, Rasulullah menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad dan tampak kebencian terhadap Rasulullah. Rasulullah SAW melakukan hal itu hingga beliau menjelang wafat. Setelah Rasulullah wafat, tak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi dan yang menyuapi orang Yahudi yang buta itu."

Suatu hari Abu Bakar ra berkunjung ke rumah anaknya (Aisyah). Beliau bertanya kepada Aisyah: “Anakku, adakah sunnah Rasul yang belum aku kerjakan?” . Aisyah menjawab pertanyaan ayahnya: “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah saja. Hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja“, ucap Aisyah.

“Apakah itu?” Tanya Abu Bakar. “Setiap pagi, Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana“, jawab Aisyah.

Keesokan harinya, Abu Bakar pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abu Bakar mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya.

Ketika Abu Bakar mulai menyuapinya, tiba-tiba pengemis itu marah sambil berteriak: “Siapa kamu…!!!” Abu Bakar menjawab: “Aku orang yang biasa“. “Bukan…!!! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku.” sahut pengemis buta itu.

Lalu pengemis itu melanjutkan bicaranya, “Apabila ia datang kepadaku, tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan itu, baru setelah itu ia berikan makanan itu kepadaku.”

Abu Bakar yang mendengar jawaban orang buta itu kemudian menangis sambil berkata: “Aku memang bukan yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad, Rasulullah SAW.”

Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar, pengemis itu pun menangis dan kemudian berkata “Benarkah demikian?”, tanya pengemis, kepalanya tertunduk dan air matanya mulai menetes.

“Selama ini aku selalu menghinanya dan memfitnahnya”, lanjutnya. Tetapi ia tidak pernah marah kepadaku, sedikitpun!”, ucap sang pengemis Yahudi sambil menangis terisak.

Diakhir ceramahnya, Ustadz gaul, menyampaikan Alangkah mulianya akhlak Rasulullah yang harus kita jadikan teladan khususnya bagi kita para generasi muda Islam. /yyt76

Terkait

Menu Aksesibilitas

Mode Suara

Ukuran Teks

Monokrom

Tandai Tautan

Tebalkan Huruf

Perbesar Kursor