Jakarta (Humas) — Tidak semua sakit adalah derita. Bagi Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta Adib masa isolasi mandiri selama 14 hari akibat Covid-19 justru menjadi waktu paling produktif dan kontemplatif dalam hidupnya.
Dari ruang sunyi itu, KaKanwil melahirkan sebuah gagasan besar: “Smart Metode Bil Qalam”, sebuah pendekatan baru dalam menghafal dan memahami Al-Qur’an.
Metode ini diperkenalkan kepada publik dalam kegiatan Pelatihan 10.000 Mu’allim Al-Qur’an Nasional di Masjid At-Tin, Jakarta Timur, Kamis (10/7/2025). Ribuan pengajar Al-Qur’an dari berbagai wilayah menyambut dengan antusias metode yang disebut KaKanwil sebagai ikhtiar untuk mendekatkan umat kepada makna Al-Qur’an secara lebih utuh.
“Ketika saya terkena Covid-19 dan harus menjalani isolasi selama dua pekan, saya justru merasa diberi nikmat untuk berpikir dan menulis. Dari kesendirian itu lahirlah ‘Smart Metode Bil Qalam’. Ini bukan hanya metode hafalan, tapi cara memahami pesan Al-Qur’an dari kata demi kata, ayat demi ayat,” ujar KaKanwil.
Metode ini dirancang agar para penghafal Al-Qur’an tidak hanya kuat secara hafalan, tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam terhadap isi Al-Qur’an.
KaKanwil menyusun pendekatan ini berdasarkan pembelajaran bahasa Arab dengan tujuan terbatas, artinya peserta tidak dituntut menjadi ahli bahasa Arab, melainkan cukup memahami kaidah dasar yang relevan dengan makna ayat-ayat Al-Qur’an.
Ada dua pilar utama dalam metode ini, Kaidah Sharfiyah, peserta diajak memahami struktur kata dan perubahan bentuk kata dalam bahasa Arab agar bisa menangkap makna perkataan dalam Al-Qur’an.
Dan Kaidah Nahwiyyah, peserta belajar memahami struktur kalimat dan fungsi kata dalam satu ayat, untuk menangkap makna perayat.
Metode ini juga memperluas pemahaman terhadap bacaan dalam salat dan doa-doa harian, menjadikan pembelajaran Qur’ani sebagai bagian dari praktik spiritual sehari-hari.
“Saya ingin penghafal Qur’an bisa menangis karena paham isi ayat, bukan sekadar karena indahnya suara. Memahami adalah pintu dari penghayatan,” tambah KaKanwil.
Dalam pelatihan tersebut, Adib juga menyampaikan bahwa metode ini telah dituangkan dalam bentuk buku dan dalam kegiatan ini, KaKanwil mewakafkannya kepada Badan Wakaf Al-Qur’an. Ia dengan tegas menyatakan bahwa karya ini tidak akan diperjualbelikan.
“Silakan cetak sebanyak-banyaknya. Tidak usah izin, tanpa royalti atau syarat. Saya wakafkan untuk umat,” katanya disambut takbir peserta.
Sebagai simbol pengabdian, KaKanwil membagikan buku ini langsung kepada seluruh peserta pelatihan. Banyak di antara mereka merasa terbantu dengan pendekatan yang sederhana, praktis, namun sangat bermakna.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa kadang, Allah memberi jalan luar biasa dari kondisi yang tidak kita duga.
Di tengah sepi ruang isolasi, KaKanwil tidak berhenti memikirkan kontribusinya untuk umat. Ia tidak hanya sembuh secara fisik, tapi juga bangkit dengan semangat baru yang kini dituangkan dalam bentuk ilmu.
“Smart Metode Bil Qalam” kini menjadi wakaf intelektual dan spiritual, sebuah metode yang tidak hanya mengajarkan hafalan, tapi juga membuka jalan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Al-Qur’an dalam kehidupan.