Kepulauan Seribu (MTsN 26 Kepulauan Seribu) — Senin pagi (16/06/2025), suasana ruang kelas di MTsN 26 Kepulauan Seribu terasa berbeda. Tidak ada keramaian seperti biasanya. Hanya tampak sekelompok siswa duduk tenang dengan fokus tertuju pada layar ponsel Android mereka, menjawab soal demi soal. Bukan sedang bermain, mereka tengah mengikuti sesi remedial — sebuah upaya lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Akhir Semester (ASA) Genap beberapa waktu lalu.
Bagi sebagian siswa, remedial bukanlah akhir dari segalanya, melainkan kesempatan kedua untuk memperbaiki hasil belajar. Junadi, guru Bahasa Indonesia yang mendampingi jalannya remedial, menyampaikan bahwa program ini bukan sekadar formalitas. Ia mengoreksi lembar jawaban dengan cermat dan memperhatikan perkembangan setiap siswa. “Dari hasil koreksi, memang ada beberapa siswa yang belum tuntas. Remedial ini penting, bukan hanya untuk nilai, tapi untuk membentuk tanggung jawab belajar mereka,” ungkapnya.
Meski soal yang diberikan serupa dengan ujian sebelumnya, Junadi memastikan bahwa pendekatannya tetap edukatif. “Kami beri waktu 60 menit, dan mereka tetap menggunakan perangkat Android seperti pada ASA sebelumnya. Tapi kali ini kami dorong mereka untuk lebih teliti,” tambahnya.
Tidak sekadar guru yang terlibat dalam proses ini. Kepala MTsN 26 Kepulauan Seribu, Maliyatun, juga turut memberi perhatian langsung. Ia berkeliling memantau kelas, memastikan setiap siswa mengerjakan soal dengan serius. “Manfaatkan waktu yang ada dengan maksimal. Setelah selesai mengerjakan, cek kembali jawaban kalian. Jangan buru-buru keluar,” pesannya dengan tegas namun penuh kehangatan.
Bagi Maliyatun, remedial adalah bagian dari proses pembentukan karakter. “Kami ingin siswa belajar dari proses, bukan hanya dari angka. Yang penting mereka tahu bahwa setiap usaha akan membuahkan hasil,” ucapnya.
Di balik angka-angka ujian dan batas minimal kelulusan, remedial menjadi ruang kecil yang penuh semangat. Tempat siswa belajar tentang harapan, usaha, dan kesempatan kedua. Di MTsN 26 Kepulauan Seribu, proses ini menjadi bukti bahwa pendidikan bukan hanya soal nilai, tetapi juga soal perjalanan tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab.